RAHASIA HATI
REDUP
Senja adalah titik balik dari
segala kegelisahan. Menatapnya ketika hujan baru saja usai sangat menyenangkan.
Meskipun tidak ada pelangi, senja sudah cukup indah untuk ditatap lebih lama.
Setiap senja yang dilewati memiliki ceritanya sendiri, tetapi kamu masih saja
ada dalam hati dengan cerita yang sama. Senja di penghujung waktu selalu
mengguratkan wajah mu yang lembut, indah, kemudian hilang. Waktu adalah anugerah
yang sulit digenggam. Kadang ia begitu akrab, mengubah segala bagian episode
hidup menjadi adegan terbaik sesuai keinginan. Kadang ia pun begitu sulit
terkendali. Arahnya membawa tangisan yang membuat mata sembab saat terbangun
jam lima subuh. Menciptakan kenangan yang sulit untuk dilupakan. Meski begitu,
waktu pun adalah tentang kamu. Hidup dalam bayangan pelupuk mata, lewat jendela
imajinasi yang begitu luas, menyusup pada sela-sela hati beriringan dengan
dentum detik.
Jika cinta merupakan hal yang harus
diungkapkan, maka akulah si pengecut itu. Kerap memikirkan mu, lalu menepisnya
lagi. Kerap meyakinkan hati, lalu mematahkannya lagi. Kamu tidak bisa aku
salahkan, karena tanpa sadar aku melakukannya karena keinginan hati. Hanya
saja, tabir rahasia terlalu tinggi menjulang, menghalangi hati untuk bisa
menjelaskannya dengan gamblang kepadamu. Seperti kedatangan senja yang selalu
ingin ku lihat dari balik jendela sebelum magrib, sapa mu adalah sebab adanya
seni irama hati yang berdetak indah. Kamu tahu?. Sering sekali aku bertingkah
seperti pujangga. Mencoretkan kalimat sederhana pada ruang diary, menggambarkan
kamu.
Kamu telah menjadi bagian dari
irisan hati, setiap hari masih belum bosan aku ingat-ingat. Seperti hari-hari
lalu, di bulan pertama aku mengenalmu. Kemudian di hari-hari berikutnya, ketika
kamu memberikan senyum saat bertemu di jalan. Pun ketika aku tahu kamu telah
memilih orang lain sebagai pelabuhan terakhir. Bagaimana mungkin akan aku lupa.
Setelah banyak waktu aku siapkan untuk mengutarakan perasaan yang aku miliki. Saat
itu, sejujurnya ingin ku katakan saja, dari hati ini ku mencintaimu. Namun
waktu begitu kejam karena memberi tahu ku jauh setelah rasa itu hampir penuh
mengisi hati. Masih selalu teringat jelas, ketika aku melangkah dengan penuh
harap dan hati penuh cinta. Aku sengaja memilih bunga paling manis untuk
dihadiahkan atas wisuda mu. Mematut diri di depan kaca dengan binar mata
bahagia. Sepanjang jalan begitu lancar jari-jari ini menuliskan puisi.
Pemandangan di luar jendela bis saat melewati jalan tol membuatku merasa
benar-benar nyaman.
Aku berdiri di antara orang-orang
yang berlalu lalang dengan bunga di setiap tangan nya. Aku memperhatikan
seksama ke setiap sudut-sudut yang terlihat, mencari tubuh tinggi dengan senyum
khas yang aku suka. Di sudut kanan, dekat teduhnya seorang perempuan cantik,
aku menemukanmu. Meyakini itu adalah ibumu, aku tersenyum. Membayangkan jika
aku bisa berada lebih dekat, menyaksikan kehangatan selebrasi kelulusan bersama
keluarga mu. Namun segera aku menepisnya, terlalu serakah jika aku begitu jauh
berharap bukan?. Lama aku berdiri di dekat pohon pelindung agar tidak terlalu
bertegur sapa dengan terik. Aku memutuskan melangkah agar jarak lebih dekat
dengan kamu. Sambil menyelamati beberapa teman yang juga sedang berbahagia atas
kelulusannya. Betapa ada perasaan bergemuruh ketika kamu melihat ke arahku,
memamerkan lesung pipi yang begitu khas, Aku balas tersenyum. Kamu harus tahu,
saat itu aku begitu keras berusaha menyembunyikan rasaku.
Bunga yang telah aku pilih, kuberikan
saat ku selamati atas kelulusanmu. Betapa aku tidak bisa melupakannya ketika
kamu yang meminta untuk foto bersama. Jika saja waktu itu dunia adalah negeri
dongeng, mungkin akan ada bintang-bintang indah yang menari di sekelilingku.
Aku telah terbawa pada perasaan aneh yang menakjubkan saat itu. Menikmati hari
yang terik namun tidak terasa panas sama sekali. Tanah kampus telah menjadi
pijakkan paling indah saat itu. Ah, cinta telah membuatku melupakan banyak
tugas kuliah dan penelitianku yang begitu memusingkan. Bila aku adalah avatar
yang memegang kendali mentari, akan aku pastikan tidak akan ada gelap di
jalanmu. Se-sederhana itu perasaanku. Detik waktu yang berlalu terasa lebih
lamban, kenangan akan menunggu di depan pintu esok hari. Tidak masalah bagiku,
sudah kurencanakan akan aku kenang untuk waktu yang panjang tentang hari itu.
Senja hampir tiba ketika aku
menaiki bis terakhir menuju pulang. Wajahmu tidak ada lagi di hadapanku, tapi
bayangan senyuman itu masih sangat jelas di mata. Semakin aku menyukai senja,
saat aku melihat ada guratan indah garis wajahmu pada hamparan keindahannya di
ujung langit. Hingga ada satu hal yang tidak kubayangkan datang begitu cepat
merusak segala dekorasi indah pada hati. Segala kejadian dalam putaran roda
waktu adalah kuasa Tuhan. Jika saat ini adalah waktu nya tersenyum, bukankah
tidak bisa ditebak esok adalah saatnya menangis atau tersenyum lebih bahagia.
Belum sampai senja pulang ke peraduannya, dunia seperti berubah, aku merasakan
tidak ada alasan untuk tidak menunduk, menahan getaran lain yang meretakkan
hati. Bukan salah tangan yang tiba-tiba ingin membuka feed instagram, hanya
saja mungkin Tuhan ingin aku tahu lebih awal. Tentang sebuah postingan
hangatnya dua keluarga yang sama-sama merayakan kelulusan anaknya. Berada dalam
satu frame yang sama. Semuanya memerlihatkan senyum yang menyungging tulus.
Dari deretan setiap orang dalam foto itu, aku melihat kamu juga seorang
perempuan yang begitu manis dengan senyum menawan. Belum cukup itu semua membuatku
menahan air mata. Seorang teman menjelaskan semuanya. Tentang rencana kamu
dengan dia yang sudah jauh dibuat, untuk saling memegang komitmen. “Aku ingin
memberi tahu kamu sejak lama, tapi tidak tahu bagaimana menyampaikannya”, kata
temanku lirih, saat aku tidak lagi bisa menahan air mata. “Seharusnya aku
memang lebih peka, seharusnya aku lebih bisa tahu apa yang tidak jelas
terlihat, aku yang salah”. Kalimat itu aku ucapkan dengan runtuhan hati yang
semakin menjadi.
Butuh waktu yang tidak sebentar
sampai akhirnya aku menyadari, Tuhan memang yang memegang kendali. Aku adalah
pemain peran yang harus mencari jalan menuju hikmah dari setiap kejadian.
Tentang senja, tentang bunga, tentang senyuman, tentang segala hal indah yang
aku simpan dalam hati. Aku ingin menyerahkan semuanya pada Tuhan saat itu. Aku
tidak menemukan jalan lain selain mengadu padaNya. Setiap detik yang membawa ku
pada ingatan manis itu, menjadi detik yang paling berat untuk dilalui.
Kamu telah memberikan aku makna
dari sebuah harapan. Seharusnya aku tahu, aku tidak akan pernah bisa menjadi
bintang saat malam mu telah datang. Aku tidak akan pernah bisa menjadi pena
ketika kertas mu kekurangan cerita. Aku tidak pernah tahu, kehilangan kamu akan
membuatku sekosong ini. Aku menyadari, kalau suatu hari mungkin ini akan
terjadi. Namun aku tidak menyangka semua akan secepat ini disaat aku belum
siap. Melihat kamu memiliki alasan tersenyum oleh orang lain, tanpa sadar
melukai hati. Sampai pada waktu yang entah kapan akan berakhir.
____
Luka yang merana tidak bisa merubah
waktu, matahari tetap terbit dari ufuk barat lalu menebarkan sinar ikhlas agar
kehidupan selalu terang setiap hari. Redup bulan saat malam tetap atang menjadi
hiasan agar dunia tidak begitu gelap pekat. Pada kenyataannya hidup adalah
tentang napas yang harus diisi dengan segala kisah perjalanan. Aku tidak
berpikir untuk memilih menjadi seorang yang terpuruk dalam kekecewaan terlalu
lama. Meskipun tidak bisa aku hindari setiap kali tidak sengaja aku mengingat
kamu, ada air mata yang sekuat tenaga aku tahan agar tidak keluar.
Biarkan aku tetap membuat kamu
hidup dalam ingatan. Biarkan aku belajar menjadi diri yang ikhlas. Menerima
kenyataan bahwa kamu telah memilih orang lain untuk menjadi pengisi hati mu.
Aku akan tetap tersenyum ketika kamu menyapaku. Aku akan tetap mengucapkan
selamat, tentu dengan doa yang tulus ketika kamu memberi tahu bahwa kamu telah
memilihnya. Aku yakin, Everythings gonna
be fine.
Comments
Post a Comment